Friday 20 March 2015




Suasana pertemuan TKW yang sempat hilang kontek selama tiga tahun di Arab Saudi, Muliatin Binti Butu Lowea (memakai jilbab) saat bersama keluarga, yang dimediasi Solidaritas Perempuan (SP) Sulawesi Tenggara (Sultra).

TKW Asal Wonggeduku Berhasil Dipulangkan
* Setelah Hilang Kontak 3 Tahun

KENDARI - Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang berangkat ke Arab Saudi asal Desa Tawaro Londo, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Muliatin Binti Butu Lowea, akhirnya kembali ke kampung halamannya, setelah hilang kontak dengan keluarga selama tiga tahun.
Kabar kehilangan bermula dari laporan sang suami, Azis sejak tiga tahun silam, mengingat sang istri Muliatin yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Arab Saudi tidak lagi memberi kabar, bahkan saat keluarga menghubungi nomor telepon yang biasa dipakai Muliatin menyatakan jika yang bersangkutan tidak lagi bekerja di rumah tersebut.
Azis pun melaporkan hal tersebut ke Solidaritas Perempuan (SP) Kendari, yang kemudian dikomunikasikan dengan para pihak terkait, baik pemerintah hingga perusahaan yang memberangkatkan Muliatin.
Direktur SP Kendari, Sulhani, Kamis (19/3), mengatakan, setelah melalui proses dan waktu yang cukup panjang serta sulit, akhirnya Muliatin berhasil dipulangkan ke kampung halamannya. Itupun melalui desakan kepada Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Arab Saudi.
"Dia berangkat ke Arab Saudi tepatnya di  Kota Tai'f pada tahun 2011, dan kami menerima laporan pertengahan April 2012, sebab Muliatin hilang kontak dengan keluarganya, sehingga jika ditotalnya dengan saat ini maka sudah tiga sampai empat tahun lamanya. Setelah ditelusuri, ternyata dia dilarang berkomunikasi oleh majikannya yang bernama Ahmad Jaralah. Inilah sebabnya mengapa majikannya berbohong kepada pihak keluarga, jika Muliatin tidak lagi berada di rumah Ahmad Jaralah," jelas Hani.
Hani menambahkan, atas dasar pelarangan berkomunikasi dengan pihak keluarga di kampung itulah, membuat Azis selama ini menjadi panik dan takut tentang kondisi istrinya.
"Alhamdulillah Muliatin bisa kembali di tengah-tengah keluarga," ucap Hani.
Sementara itu Muliatin menerangkan, selama bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Arab Saudi, dirinya terus bekerja selama 1 X 24 jam tanpa ada waktu istrahat. Walaupun disekap dan tidak bisa kemana-mana, termasuk telepon genggam pun disita majikan, namun dirinya mengaku tidak mendapatkan kekerasan fisik.
Mengenai gaji yang diterimanya selama bekerja, dirinya menuturkan masih mendapatkan gaji. "Gaji saya sekarang dibayarkan Rp US$ 8.700 atau Rp.113 juta, dan akan dijadikan modal buka usaha," tuturnya.
Sementara itu, Azis berjanji tidak akan lagi mengizinkan istrinya bekerja ke luar negeri.

0 komentar :

Post a Comment